JAMES Frankel, seorang dosen perbandingan agama di Uneversitas Hawai
ternyata seorang muallaf. Kini ia tengah mengajar kelas Islam di
Universitas itu. Seperti dilansir Onislam.net, James menceritakan
bagaimana awal mulanya ia menemukan dan memutuskn masuk Islam.
James dibesarkan dalam keluarga sekuler. Tidak pernah ada ritual khusus
yang dijalankan dirumahnya ketika itu. Padahal ayahnya berdarah Yahudi.
Ia mengaku, sang nenek adalah seorang Yahudi yang taat. Dulu saat ia
kecil, dirinya sempat mendengar cerita tentang nabi-nabi dari neneknya.
Meski begitu, ia tumbuh menjadi seorang komunis. Hingga setelah
menginjak dewasa, ia belajar di sekolah internasional. Tentu saja,
banyak teman-temannya dari berbagai negara. Salah satu temannya dari
Pakistan, saat itu memberinya sebuah lembaran Al-Qur’an. Ia mengetahui
bahwa James adalah seorang komunis dan mengatakan,”Aku tak ingin kamu
masuk neraka.” Akhirnya, lembaran Al-Qur’an itu dibawa namun ia letakkan
persis diatas rak bukunya. Ia hanya menyimpannya dan tak berpikir
sedikit pun untuk membacanya.
Pria kelahiran 1969 ini ternyata kecewa menjadi seorang komunis. Karena
banyak pertanyaan yang tak ia dapatkan jawabannya. Pertanyaan itu
sederhana, seperti “Mengapa kita ada disini? Akan pergi kemana kita
setelah ini? dan kenapa kita bisa menderita?”
Pertanyaan itu akhirnya terlupakan oleh kesibukan kuliahnya. Hingga
suatu hari ia mendapat pengalaman khusus dari kejadian neneknya yang
meninggal. Kala itu, sang nenek mengunjunginya di Washington DC. James
menceritakan rencananya kedepan dengan detile kepada neneknya.
Setelah kunjungan sang nenek selesai, James mengatakan, ingin bertemu
lagi dengan sang nenek saat ke New york nanti. Tanpa diduga, sang nenek
mengucapkan “Inshaa Allah” mendengar itu, James tidak berpikir
macam-macam karena ia pikir itu hanya sebuah ucapan.
Esok harinya, pagi-pagi sekali, ia mendapat telefon dari sepupu yang
baru semalam pamit bersama sang nenek. Ia mengabarkan bahwa neneknya
telah meninggal. Peristiwa tersebut membuat James berpikir keras apa
maksud semua itu? Ia mendapat kunjungan dari neneknya secara tiba-tiba
dan kini sang nenek meninggal tanpa diduga.
Untuk memuaskan pertanyaannya, ia mencoba mencari tahu ke komunitas
Yahudi dan Nasrani. Namun hasilnya nihil. Ia tidak puas dengan apa yang
dsampiakan oleh mereka. Maka, James kembali mencari Al-Qur’an dari
temannya, Mansour. Dari Al-Qur’an lah ia mendapat jawaban atas semua
pertanyaan yang merisaukan dirinya.
Hingga suatu kali, pada tahun 1990, ia bertemu kembali dengan
teman-teman lamanya termasuk Mansour. Mereka menanyakan, apakah James
percaya tuhan? Mereka kira James masih seorang komunis seperti dulu.
“Saya, percaya Allah. Allah yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.”
“Apakah kamu percaya bahwa Muhammad adalah utusan Allah?”
“Tentu saya percaya, karena saya membaca Al-Qur’an yang kamu berikan”
“Alhamdulillah, kamu sudah menjadi Muslim,” kata Mansour.
“Apakah hanya dengan mangakui Allah adalah Tuhan dan Muhammad adalah utusan-Nya saya menjadi Muslim?” tanya James.
“Ya, kamu sekarang seorang Muslim.”
Sejak saat itulah di depan teman-teman lamanya, James menyatakan keislamannya.
Orang tua yang mengetahui James memeluk Islam hanya menganggap itu
sebuah fase yang tidak lama lagi akan berubah. Karena James sejak usia
13 tahun menjadi seorang komunis, dan usia 16 tahun menjadi Skinhead.
Padahal dirinya dahulu merasa kebingungan mencari dimana sebuah kebuah
kebenaran berada.
Bagi James yang hampir menempuh perjalanan 20 tahun dan hanya Allah yang
tahu bagaimana dan di mana ia akan berakhir. Ia menyarankan kepada
muallaf atau orang-orang yang telah Muslim sejak dulu, bersabarlah dan
lihat kejutan yang Allah hadirkan dalam cinta dan harapan.
James mengatakan jika ada non-Muslim yang mendengar kisahnya, artinya
dia berutang kepada dirinya untuk mengetahui sebanyak mungkin mengenai
hal yang ada di dunia dan sekitar
CAR,FOREX,HOME DESIGN