Dari kulit pisang itu
ada zat yang ternyata berpotensi menurunkan kadar kolesterol darah dan
jantung koroner. Adalah Lukman Azis (21), Nisa Alfilasari (20) dan Clara
Arha (20) yang mengolah limbah kulit pisang itu dan mengekstrak zatnya.
"Ada kandungan zat
pektin yang kami ekstrak untuk obat kolesterol dan jantung koroner,"
ujar Lukman Azis, pemimpin tim penelitian ini saat berbincang Selasa
(15/7).
Zat pektin itu akan
dibuat dalam bentuk marshmallow alias permen kenyal yang mereka buat
sendiri. Ada beberapa pertimbangan mengapa mereka mengambil kulit pisang
sebagai bahan penelitian untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa
bidang Penelitian (PKM-P) yang diadakan Ditjen Pendidikan Tinggi (Ditjen
Dikti) Kemendikbud itu.
Pertama, limbah kulit pisang selama ini banyak terbuang percuma padahal di dalam kulit pisang itu terdapat zat yang bermanfaat.
"Indonesia penghasil
pisang nomor 7 di dunia, tapi nomor 1 untuk produktivitas pisang. Di
semua kepulauan di Indonesia terdapat industri pengolahan pisang. Limbah
tersebut kulit pisangnya, itu tidak termanfaatkan selama ini. Ada
senyawa alami yang mampu menurunkan kadar kolesterol penderita penyakit
jantung koroner, itu tadi senyawa pektin," tutur Lukman.
Mulailah sejak Februari
2014 lalu, Lukman dan kawan-kawan memunguti limbah-limbah kulit pisang
dari tukang-tukang gorengan di sekitar kampusnya, hingga berburu limbah
kulit pisang ke kawasan industri pengolahan pisang yang banyak terdapat
di kawasan Batu, Malang.
Mereka mengekstrak kulit
pisang untuk mengambil zat pektinnya. Kemudian mewujudkan zat pektin
itu ke dalam permen kenyal. Proses ini memakan waktu 1 bulan.
Bulan-bulan selanjutnya,
mengujicobakan marshmallow berpektin itu pada tikus percobaan yang
kolesterolnya sudah dibuat tinggi hingga menderita jantung koroner.
Mereka mengamat-amati efek marshmallow berpektin pada tikus-tikus itu.
Saat diujikan, ternyata mampu menurunkan kolesterol. Dosis pada tikus itu akan dikonversikan ke dosis manusia," jelas Lukman.
Dia mengakui produk
akhir yang berkategori sebagai obat itu belum diujikan ke manusia. Namun
dia mengatakan mulai dari bahan baku hingga prosesnya melibatkan bahan
baku alami, tidak ada bahan kimia.
Dalam prosesnya, kulit
pisang itu diolah sebagai tepung, dicampur senyawa asam dari jeruk
hingga menghasilkan ekstrak pektin yang kemudian dibuat menjadi
marshmallow.
"Biaya penelitiannya total Rp 11 juta. Sampai sekarang masih berlangsung," kata Lukman.
Ekstrak pektin dari
kulit pisang ini dinilai lebih murah dibandingkan ekstrak pektin yang
dihasilkan industri. Sebagai perbandingan, pektin di pasaran seharga Rp 1
juta per gram. Sedangkan untuk mengekstrak pektin dari kulit pisang
bisa menekan harga Rp 12 ribu per gram.
Tiap 3,5 kg limbah kulit
pisang, bisa menghasilkan 500 gram tepung pisang. Tiap 25 gram tepung
pisang bisa menghasilkan 4-5 gram pektin.
"Pektin di Indonesia itu
masih impor dari luar. Selama ini ada ekstrak pektin dari jeruk, apel
dan buah yang mahal-mahal seperti itu. Selama ini pektin buat tambahan
pangan," tuturnya.
Hasil dari penelitian di
bawah bimbingan dosen Nur Ida Panca STP, MP ini akan dinilai Ditjen
Dikti yang pemenangnya akan diumumkan Agustus 2014 nanti. Penelitian ini
diakui Lukman merupakan penelitian lanjutan dari penelitiannya yang
menang dalam lomba penelitian yang digelar USAID 2012 lalu. Saat itu
Lukman meneliti senyawa pektin dari kulit pisang yang mampu menurunkan
tingkat stres dari manusia.
Kini penemuan Lukman dkk
itu sedang dalam proses mendapatkan hak paten melalui Lembaga
Penelitian Unibraw. Lukman dibantu dosen dan pihak kampus tidak menutup
kemungkinan memproduksi permen kenyal berpektin dalam skala industri
yang massal.
"Produk kami ini akan
diteliti lebih lanjut dan diujicobakan pada penyakit yang lain, seperti
diabetes tipe 2, menurunkan berat badan juga bisa. Banyak sekali, masih
dalam penelitian," tuturnya.