1/2 terkejut, ia segera matikan televisinya serta bergegas tutup pintu
rumah. Tetapi, baru saja ia akan menutupnya, matanya mendadak terbelalak
begitu mendapati satu sinar terang yang muncul dari balik semak — semak
tidak jauh dari rumahnya.
" Ada orang meninggal lagi ya, kok jelas amat " fikirnya dalam hari
sambil menatap lamat hamparan pemakaman yang membentang tidak jauh dari
rumahnya itu.
Karena rasa penasaran yang membebat hatinya, ia juga coba dekati sumber
sinar itu. Meski dengan di iringi rasa takut tetapi agaknya perasaan
takut itu kalah oleh rasa penasaran yang menyelimuti hatinya. Setelah
beberapa waktu jalan, ia heran karena tidak ada satupun orang yang di
temuinya disana.
Walau langkah makin bergetar, tetapi ia tetap bertahan karena rasa
penasarannya yang semakin menjulang. Serta tatkala posisinya telah
dekat, Hanifah nyaris tidak percaya dengan apa yang telah di lihatnya
itu.
Sinar terang yang mengundang perhatiannya itu ternyata bukan berasal
dari petromaks selayaknya bila ada pemakaman pada malam hari, tetapi
berasal dari gundukan tanah yang tampaknya masih baru. Makam baru itu
bukan lain merupakan milik pak Maulana yang baru di kebumikan jenazahnya
tadi siang.
Dengan langkah tergopoh, ia menghamburkan diri dari tempat itu menuju
tempat tinggalnya. Di bangunkan sang suami yang sudah terlelap sejak jam
sembilan itu. Mendengar penuturanHanifah semula sang suami itu tidak
percaya, tetapi ia tidak dapat mengingkarinya lagi tatkala mata
kepalanya menyaksikannya sendiri secara segera.
Malam itu yaitu malam jum'at, mereka tidak habis fikir mengapa kuburan
pak Maulana begitu jelas. Bagaimana kehidupan pak Maulana semasa
hayatnya hingga ia memperoleh nikmat pendam yang sedemikian itu? Agaknya
ribuan tanya terasa bergelayut pada benak suami istri itu. Keesokan
harinya, mereka tetap bungkam tidak bercerita kejadian itu pada siapapun
karena cemas bila tak ada yang ingin mempercayainya.
Seminggu sudah berlalu, malam jum'at tiba kembali. Lagi — lagi mereka
saksikan peristiwa sama di makam pak Maulana. Lihat kondisi itu, mereka
juga tidak lagi mampu menahan hasrat untuk menceritakan apa yang mereka
saksikan itu pada warga sekitar. Tidak pelak, masyarakat Desa Sukamaju,
Tanggamus juga gempar. Orang — orang ramai membicarakan lelaku serta
akhlak pak Maulana semasa hayat sampai sampailah kabar itu ke telinga
kyai desa setempat, kyai Safar namanya. Baginya, momen tersebut tidaklah
mengherankan jikalau lihat kepribadian pak Maulana yang dikenal pakar
ibadah, simpel serta baik pada semua orang itu.
" Apa yang berlangsung pada pak Maulana nerupakan beberapa kecil dari tanda kasih sayang Allah
ada hambaNya yang selalu melaksanakan sholat dengan cara berjamaah serta
berbuat baik pada semua orang. Lebih dari itu, sungguh Allah masih
memiliki banyak rahasia. " Kata Kyai Safar.
Kyai Safar juga menuturkan hari — hari pak Maulana, menurutnya saat
masih hidup pak Maulana menafkahi keluarganya dari hasil kerja sebagai
buruh tani. la juga suka membantu orang lain bila memerlukan
pertolongannya. Selain itu, pak Maulana adalah pribada yang selalu
menjaga lima waktunya untuk berjamaah di masjid. Kecuali seandainya ada
halangan spesifik.
Menjelang akhir hayatnya, terpaksa profesi buruh tani serta buruh kuli
ia tinggalkan karena penyakit hepatitis yang membelenggu raganya. Dengan
berat hati, ia limpahkan tanggung jawab itu pada sang istri. Namun
dalam hal beribadadah ia tidak ingin menyerah, meski mesti berjalan
tertatih dengan bertumpu pada sebatang kayu, ia juga masih teratur
berjamaah di masjid.
Kian terlihat, penyakit yang di derita pak Maulana makin parah hingga
kulitnya pun menguning. Namun dari pancaran matanya yang teduh, pak
Maulana terlihat demikian ikhlas, bahagia serta tegar.
Saat terus jalan, penyakit itu semakin bersarang pada badan pak Maulana.
la putuskan sesekali menginap di masjid supaya tetap dapat berjamaah.
Tetapi hasrat itu di tolak oleh anggota keluarganya. Tentu saja mereka
tidak sampai hati melihatnya yang tengah di dera sakit kronis mesti
tidur sendirian di masjid. Akhirnya dengan terpaksa, pak Maulana pun
pulang ke rumahnya.
Sampai satu hari, pak Maulana memaksa di antar ke masjid untuk
menunaikan shalat jumat. Sesampainya disana ia langsung tempati shaf
paling depan tepatnya di belakang kanan posisi imam. Shaf itu memang
tidak pernah sempat di tempati oleh orang lain karena pak Maulana selalu
disitu.
Usai khatib menyampaikan khutbah ke-2, sang muadzin bergegas
mengumandangkan iqamah, tampak semua jamaah mengangkat tubuh untuk
berdiri. Terkecuali pak Maulana yang masih belum juga bangkit. Mengira
dirinya tertidur, jamaah yang ada di sampingnya juga mencolek bahunya
untuk membangunkan, tetapi pak Maulana tidak juga bergerak, hingga
akhirnya jamaah itu juga menarik bahunya lebih kuat, bukannya terbangun,
tubuh pak Maulana malah terjengkang serta oleng ke belakang. Seketika
salah satu jamaah yang menariknya juga berteriak sampai mengagetkan
jamaah yang lain.
" Masya allah pak Maulana! "
Sang imam pun ikut memeriksa kondisi fisik pak Maulana. Di rabanya sisi
denyut nadi pak Maulana hingga degup jantung di dadanya. Raut muka sang
imam juga lalu berubah, dari bibirnya terucap, " Innalillahi wa inna
ilaihi rajiun... Pak Maulana sudah meninggalkan kita semuanya ".
Kepergian pak Maulana begitu indah serta mulia, ia di panggil dengan
begitu mudahnya dalam posisi tengah beribadah pada Allah. Jadi tidak
heran bila Allah pun melimpahkan segenap nikmat berupa pancaran sinar
dari dalam kuburnya. Wallahu
Semua nama pelaku yang tercantum sudah di samarkan kecuali nama tempat