alam2Kebanyakan
orang melakukan sesuatu tanpa menyadari bahwa apa yang dilakukan itu
sangat dibenci Allah. Kosongnya ilmu dari diri mereka menyeretnya hanyut
dalam perkara-perkara yang seharusnya senantiasa dihindari, dijauhi dan
bahkan harus dibenci karena Allah juga sangat membencinya.
Ada sepuluh hal yang Allah sangat benci yang tidak seharusnya kita terjerat di dalam perangkapnya :
- Kikirnya orang-orang kaya
- Takabburnya orang-orang miskin
- Rakusnya para ulama
- Minimnya rasa malu para wanita
- Suka dunia orang-orang yang sudah tua renta
- Malasnya para pemuda
- Kejinya para penguasa
- Pengecutnya para tentara perang
- Ujubnya para zahid
- Riya’nya para ahli ibadah
Orang-orang
kaya itu dihadirkan untuk membei bantuan dan meringankan orang lain,
meringankan beban orang-orang tak berdaya sebagai ungkapan syukur atas
nikmat yang Allah berikan kepadanya. Kekayaan yang mereka miliki jangan
sampai terkonsentrasi pada dirinya dan tidak bisa dinikmati oleh orang
lain. Bahkan menurut Rasulullah, cukuplah sebuah dosa bagi seseorang
yang tidur kekenyangan sementara tetangganya mengerang kelaparan.
Kepedulian sosial adalah bagian sangat penting dalam ajaran Islam yang
harus senantiasa dikibarkan panji-panjinya. Orang yang tidak pernah
terlibat merasakan denyut nadi perasaan orang lain sesungguhnya dia
bukan bagian dari mereka. Barang siapa yang tidak pernah peduli pada
masalah-masalah kaum muslimin maka sesungguhnya dia bukan bagian bagian
dari mereka.
منن أصبح لا يهتم بالمسلمين فليس منهم
Barang siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin maka dia bukan bagian dari mereka (HR. Hakim).
Kikirnya orang-orang kaya akan menyumbat kesejahteraan sosial yang menjadi pilar besar ajaran Islam.
وأى داء أدوى من البخل
Lalu penyakit apa lagi yang lebih berbahaya daripada sifat kikir (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Adapun
takabburnya orang-orang miskin adalah penyakit yang sulit dimengerti.
Apa yang mendorong dirinya menjadi takabbur. Padahal harta tidak punya,
kekayaan tidak melimpah. Rumah morat marit, kendaraan sudah berumur.
Lalu apa yang membuat mereka sombong? Padahal orang kaya berharta saja
yang memiliki kekayaan dan harta berlimpah tidak boleh menyombongkan
diri kepada siapa saja. Sebab Allah sangat tidak menyukai perilaku
sombong itu karena dia termasuk sifat yang melekat pada Iblis, yang
karenanya dia dilaknat Allah dan diusir dari surga serta akan dikekalkan
dalam neraka. Simaklah firman Allah berikut ini :
واعبدوا
الله ولا تشركوا به شيئا وبالوالدين إحسانا وبذي القربى واليتامى
والمساكين والجار ذي القربى والجار الجنب والصاحب بالجنب وابن السبيل وما
ملكت أيمانكم إن الله لا يحب من كان مختالا فخورا
Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri
(An-Nisaa’ : 36).
Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (Lukman :
18).
Kesombongan
hanya akan menyesakkan dada pelakunya dan memuakkan orang yang
dihadapinya. Kesombongan hanya akan merenggangkan keakraban yang selama
ini sudah terbina. Kesombongan hanya akan membuat jiwa tidak terkontrol
sehingga meremehkan setiap orang yang dihadapinya. Sungguh lebih gila
jika kesombongan itu dilakukan oleh orang-orang miskin papa yang tidak
memiliki apa-apa. Beda antara harga diri dengan kesombongan. Harga diri
adalah mempertahakan kehormatan diri jika dihina sedangkan sombong
adalah meremehkan sesama.
Sedangkan
para ulama dihadirkan untuk menghadirkan contoh sifat qana’ah dan tidak
rakus pada dunia. Ulama sebagai penyeru akhlak dan moralitas hendaknya
menyadari bahwa dirinya ditatap, disorot dan diamati oleh sekian ribu
mata yang senantiasa menanti perilaku lurusnya. Ulama tidak dilahirkan
untuk rakus pada dunia. Sebagai pewaris para Nabi sudah sepantasnya
mereka tidak terlalu berpikir mewariskan dunia pada anak-anaknya namun
yang dia pikirkan bagimana mewariskan ilmu pada generasinya.
Manusia-manusia
yang bukan ulama saja tidak boleh tamak pada dunia apalagi ulama yang
seharusnya menjadi contoh bagi mereka. Rakus pada dunia mematikan
perburuan pada akhirat dan melemahkan ummat ini. Para pecinta dunia akan
terkena penyakit ganas yang disebut dengan”wahn” cinta cinta dunia
over-dosis dan takut mati over-dosis.
Para
ulama pecinta dunia hampir bisa dipastikan mereka akan kehilangan
karisma dan martabat keulamaannya dan akan mendapat gelar “ulama dunia”
atau sering pula disebut dengan ulama suu’, ulama buruk.
ويل لأمتى من علماء السوء يتخذون هذا العلم تجارة يبيعونها من أمراء زمانهم ربحا لأنفسهم لا أربح الله تجارتهم
Celakalah
bagi ummatku dari ulama buruk yang menjadikan agama ini sebagai
komoditas, yang mereka jual pada para penguasa mereka di zamannya demi
meraup keuntungan untuk diri mereka sendiri. Allah pasti tidak akan
menjadikan bisnis mereka memperoleh keuntungan (HR. Hakim).
Wanita,
fitrahnya dihadirkan dengan rasa malu yang luar biasa. Dari cara mereka
bicara, cara mereka memandang, cara mereka berjalan ada
sentuhan-sentuhan kelembutan yang luar biasa yang menggambarkan bahwa
mereka adalah seorang wanita. Wanita dicipta untuk melahirkan
kelembutan-kelembutan yang terefleksi dari perilaku mereka yang
senantiasa berhiaskan rasa malu. Maka jika seorang wanit sedikit rasa
malunya, dunia akan menjadi tidak seimbang lagi. Karena sisi positif
wanita telah kehilangan ikatannya. Wanita masa kini tidak lagi merasa
memamerkan auratnya di depan laki-laki asing.
Maka
jangan heran jika Allah murka karena maksiat mereka. Padahal kita bisa
belajar dari apa yang dilakukan oleh dua anak gadis Nabi Syu’aib tatkala
mereka mau mengambil air di sebuah sumur lalu keduanya bertemu Musa,
sosok wanita ideal yang saat ini tidak pernah lagi jadi perbincangan.
Allah berfirman : Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari
kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: “Sesungguhnya
bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan) mu
memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya
(Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya). Syu’aib
berkata: “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang
dzalim itu”. (Al-Qashahs : 25). Malu adalah mahkota seorang wanita, dan
kehilangan rasa malu sama dengan kehilangan mahkotanya. Dan secara
otomatis hilang pula harga dirinya.
Orang
tua renta sudah seharusnya mempersiapkan segala hal untuk kematiannya.
Kerentaannya hendaknya memberikan peringatan keras bahwa dia telah dekat
untuk menuju ambang kematian. Dia telah jauh berjalan menemupuh
liku-liku dunia dan semua uji cobanya. Rambut yang menguban, gigi yang
bertanggalan, tulang-belulang yang mulai keroposan adalah sebagai
pengingat bahwa kematian akan segera menjelang, menjemputnya bersama
ketuaan yang sudah disandang.
Orang
tua yang masih senang dunia, mabuk di dalamnya, berebut kenikmatannya
yang hanya sementara tentu saja sangat Allah benci. Apakah mereka tidak
sadar bahwa dunia akan segera ditinggalkannya, lalu untuk apa dia masih
berburu dunia dengan penuh tamak dan cinta yang melampui batas.
Adapun
masa muda adalah masa paling produktif dalam kehidupan manusia. Masa
muda adalah masa gelora kehidupan mereka. Masa muda adalah masa
penentuan masa depan yang sesungghnya. Maka malasnya pemuda adalah
alamat awal dari suram dan buramnya masa depan mereka. Gelap dan
gulitanya hari-hari ke depan mereka. Manusia yang tidak memiliki awal
yang cemerlang biasanya sulit menuai cahaya di ujung kehidupan. Pemuda
tiang sebuah bangsa.
Maju
dan tidaknya sebuah bangsa berada pada produktivitas mereka, sedangkan
bangkrut dan hancurnya sebuah negara ada pada kemalasan mereka. Islam di
awal-awal bangkit karena dukungan para pemuda enerjik yang anti
kemalasan. Siang mereka adalah kerja keras dan malam mereka adalah
ibadah malam.
Rasulullah menghimpun orang-orang mulia dalam tujuh golongan diantaranya adalah pemuda yang enerjik. Rasulullah bersabda :
سبعة
يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله إمام عادل وشاب نشأ في عبادة الله
ورجل قلبه معلق بالمسجد إذا خرج منه حتى يعود إليه ورجلان تحابا في الله
فاجتمعا على ذلك وافترقا عليه ورجل ذكر الله خاليا ففاضت عيناه ورجل دعته
امرأة ذات منصب وجمال فقال إني أخاف الله رب العالمين ورجل تصدق بصدقة
فأخفاها حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه
Tujuh
golongan orang yang akan mendapat naungan Allah pada hari dimana tidak
ada naungan kecuali naungan Allah. Peminpin yang adil, pemuda yang
tumbuh berkembang dalam beribadah kepada Allah, lelaki yang hatinya
senantiasa terpaut ke mesjid tatkala dia keluar darinya hingga dia balik
kembali, dua lelaki yang saling mencinta karena Allah. Dia berkumpul
karenanya dan berpisah karenanya pula. Lelaki yang mengingat Allah
sendirian kemudian kedua matanya mengalirkan air mata, lelaki yang
dipanggil oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan cantik lalu
dia berkata : Sesunggguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam,
seseorang yang bersedekah lalu dia menyembunyikannya sampai-sampai
tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya (HR.
Malik, Tirmidzi, Bukhari Muslim).
Peminpin
sebagaimana diisyaratkan hadits di atas juga seharusnya berbuat adil
bukan berlaku kejam agar mereka mendapat naungan Allah di hari kiamat.
Keadilan mereka sangat ditunggu dan dirindu oleh rakyat. Karena harapan
keadilan memang bertumpu pada para penguasa itu. Keadilan adalam dambaan
setiap orang, cita setiap insan. Tatkala seorang penguasa yang seharus
adil berubah menjadi keji maka kemurkaan Allah yang demikianpedih telah
menunggu mereka. Karena Allah sangat tidak suka pada mereka yang berbuat
zhalim. Allah berfirman : Tempat kembali mereka ialah neraka; dan
itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang dzalim (Ali Imran :
151).
Para
prajurit yang berlaga di medan perang adalah manusia-manusia pilihan
untuk melakukan pembelaan terhadap agama mereka. Maka harus tidak ada
dalam jiwa mereka rasa pengecut dan gentar saat menghadapi musuh sebesar
apapun jumlah musuh yang ada di depan mereka. Selengkap apapun
peralatan musuh yang mereka miliki. Jiwa prajurit adalah jiwa ksatria
yang pantang menyerah pada musuh.
Jiwa
prajurit tidak pernah menyimpan sikap pengecut dalam kamus hidup
mereka. Sikap pengecut hanya akan menjadi virus yang menularkan
kegentaran pada prajurit lain dan akan merusak semangat juang mereka.
Oleh sebab itulah sungguhh sangat hina manusia-manusia yang melarikan
diri pada saat perang sedang berkecamuk. Allah berfirman : Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang
kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka
(mundur) (Al-Anfaal : 15).
Ujub
adalah penyakit hati yang bisa menyerang siapa saja. Tidak terkecuali
pada zahid yang banyak menghindari dunia dan lebih dekat pada akhirat.
Namun kezahidan mereka akan menuai murka Allah jika dalam kezahidan itu
bergemuruh ujub yang membuncah dalam ucapan dan perilaku mereka.
Rasulullah bersabda :
ثلاث مهلكات : شح مطاع ، وهوى متبع ، وإعجاب المرء بنفسه
Tiga
perkara yang menghancurkan : kekikiran yang dituruti, hawa nafsu yang
diikuti dan ujub dengan pendapat sendiri (HR. Bazzar dan Ath-Thabrani).
Yang
tak kalah sengitnya akan mendapatkan murka Allah adalah mereka yang
menyatakan diri sebagai ahli ibadah namun riya’ menyelimuti seluruh
ritual ibadahnya, mengiringi setiap langkah ibadahnya. Pujian selalu dia
harapkan dari mulut manusia, pujaan selalu mereka dambakan dari lisan
mereka. Sungguh celakalah mereka karena sesungguhnya riya’ itulah syirik
kecil yang sangat diwanti-wanti oleh Rasulullah agar kita
meninggalkannya.
Maka,
jika kita menjadi orang kaya dermawanlah pada sesama. Jika kita
ditakdirkan menjadi seorang miskin lebih rendah hatilah pada manusia.
Jka kita menjadi ulama janganlah rakus pada dunia. Jika Anda seorang
wanita maka ingat bahwa mahkota Anda ada pada rasa malu Anda. Jika kita
telah tua renta maka segeralah rakus pada akhirat. Jika jika masih muda
maka semangatlah bekerja untuk mengisi amanah khilafah di dunia yang
Allah bebankan kepada Allah.
Dan
jika Anda penguasa berbuat adillah pada orang yang kita pimpin. Jika
Anda ada di medan tempur bersikaplah berani. Kalaupun Anda adalah
seorang zahid tapi tak layak bagi Anda untuk berkata dan berbuat ujub
dan jangan pula ibadah Anda terkotori oleh riya’ yang sering menjangkit
jiwa tanpa diduga.
Semoga kita selamat dari sepuluh perkara di atas agar murka Allah tidak menimpa kita dan bangsa kita.