-
Satu kebahagiaan tersendiri ketika seseorang mampu meraih kenikmatan
dalam shalatnya yang khusyu’. Melalui ibadah shalat, seseorang mampu
menjadikan dirinya merasa begitu dekat dengan sang Khalik. Membuatnya
ingin terus berinteraksi siang dan malam, memanjatkan doa dengan
kerendahan hati agar diberi keselamatan dunia dan akhirat. Shalat yang
dilakukan juga mampu membawa kebahagiaan dan keindahan yang dapat
dirasakan oleh seluruh makhluk penghuni langit dan bumi. Maka ketika ia
berjalan di atas bumi Allah ini, para malaikat, binatang dan tetumbuhan
mendoakan kebaikan untuknya.
Semua itu dapat diperoleh dengan shalat khusyu’. Shalat yang khusyu’
juga yang membedakan nilai dan kualitas shalat seseorang, yang lahir
dalam perbuatan sehari-hari. Khusyu’ adalah keadaan jiwa yang tenang dan
tawadhu’ (rendah hati). Jika shalatnya sudah khusyu’ tak ada satu pun
dari anggota tubuhnya yang tak memberikan kebaikan, baik bagi dirinya
maupun bagi orang lain. Asal muasal khusyu’ diperoleh dari hati. Jika
hati telah lembut dan tunduk, maka penglihatan, pendengaran, pikiran,
serta tubuhnya akan ikut menjadi khusyu’, maka terpancar cahaya kebaikan
dan timbul ketenangan jika melihat wajah orang yang selalu basah dengan
wudhuk. Allah berfirman: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman
(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. Al-Mukminun:
1-2).
Setiap manusia yang menyembah kepada Allah Swt mempunyai tingkat
kekhusyukan yang berbeda-beda. Kadangkala khusyu’ itu bertambah dan
kadangkala khusyu’ itu berkurang. Ada orang yang tingkat kekhusyukannya
seperti dirinya berada di langit, rasanya tak ada satu pun manusia lain
selain dia dengan sang Khalik. Tetapi ada juga yang tingkat
kekhusyu’annya hanya sebatas mengerjakan shalat biasa saja, tak
memberikan suatu bekas apa pun, ini dikarenakan ia tidak memahami makna
shalat itu sendiri.
Menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyah ada lima tingkatan shalat seseorang yaitu:
Pertama, mua’qab (disiksa). Tingkatan ini merupakan tingkatan
orang yang dzalim dan menganggap shalat sesuatu hal yang sepele sehingga
merugikan diri sendiri. Golongan orang seperti ini adalah seseorang
yang tidak serius saat wudhuk, mengabaikan azan, serta tidak
mengindahkan rukun dan syarat sahnya shalat. Golongan ini mengerjakan
shalat hanya sebagai formalitas saja dan golongan ini cenderung malas
untuk melaksanakan shalat;
Kedua, mahasab (dihisab/diperhitungkan). Dalam tingkatan ini
seseorang sudah mampu menjaga waktu shalatnya, begitu juga dengan rukun
dan syarat sahnya juga ia pelajari tetapi hanya pada aspek lahirnya
saja. Sedangkan pada aspek batinnya ia masih dipenuhi dengan
pikiran-pikiran yang tidak baik. Seperti memikirkan dendam kepada
seseorang, memikirkan keburukan orang lain sehingga kekhusyukan yang ada
pada dirinya menjadi berkurang.
Ketiga, mukaffar ‘anhu (diampuni dosa dan kesalahannya). Golongan
pada tingkatan ini adalah orang-orang yang sudah mampu menjaga
shalatnya baik lahir maupun batin. Dia juga senantiasa berperang melawan
pikiran dan sifat jahatnya dalam segala aspek kehidupan, juga mampu
menjaga pikiran-pikiran yang
terlintas saat ia sedang melaksanakan shalat sehingga menjadikannya lebih khusyu’.
Keempat, mutsabun (diberi pahala). Golongan ini memiliki
ciri-ciri seperti tingkatan mukaffar ‘anhu. Tetapi pada tingkatan ini
kelebihannya adalah ia benar-benar istiqamah dalam mendirikan shalat.
Dia mengerjakan shalat dengan menyempurnakan hak-haknya, rukun-rukunnya,
dan batas-batasnya. Hatinya larut dalam upaya memelihara batas-batas
dan hak-haknya, agar dia tidak menyia-nyiakan sedikit pun darinya. Ia
hanyut dan tenggelam dalam shalat dan penghambaan kepada Allah Swt.
Kelima, muqarrab min rabbihi (dekat dengan Allah Swt). Golongan
ini adalah tingkatan shalat yang paling tinggi. Orang-orang yang
menempati tingkatan ini adalah mereka yang merasa sedang berinteraksi
langsung dengan Allah Swt, tanpa ada suatu pembatas apapun. Mata hati
mereka tunduk kepada Rabb, Tuhan yang telah menjadikan ia hidup. Mereka
juga merasa tentram dalam shalatnya. Mereka juga benar-benar
menghadirkan dan melihat Allah Swt saat itu sehingga merasa begitu dekat
denganNya. Maka shalat seperti ini adalah shalat yang mampu meredam
manusia dari nafsu duniawi, mampu meredam manusia dari penyakit hati dan
menjadikan manusia itu sehat lahir dan batin.
Oleh karena itu, orang yang menduduki tingkatan shalat pertama akan
mendapat siksa/celaka karena lalai dalam shalatnya. Orang yang menduduki
tingkatan shalat yang kedua akan diperhitungkan shalat yang
dilakukannya. Orang yang menduduki tingkatan shalat ketiga akan diampuni
dosa dan kesalahannya. Orang yang menduduki tingkatan shalat keempat
akan diberi pahala. Dan orang yang menduduki tingkatan shalat kelima
akan selalu merasa dekat dengan Allah Swt.
Dari setiap tingkatan shalat yang telah dijelaskan di atas, maka
masing-masing individu saat ini dapat mengukur berada di tingkat manakah
shalatnya selama ini. Jika masih berada di tingkat pertama, maka shalat
saudara selama ini dianggap celaka, sebagaimana firman Allah Swt: “Maka
celakalah orang-orang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari
shalatnya.” (QS. Al-Ma’un: 4-5).
Oleh karena itu, berusahalah untuk memperbaikinya. Karena sekecil apa
pun niat untuk memperbaiki kepada sesuatu kebaikan, Allah Swt berikan
balasannya, sebagaimana firman-Nya: “Barang siapa yang mengerjakan
kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya ia akan melihat balasannya dan
barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun dia akan
melihat balasannya pula.” (QS. Al-Zalzalah: 7-8).
Bagi mereka yang telah naik setingkat lebih tinggi ke tingkatan kedua,
ada baiknya juga terus memperbaiki diri sehingga tidak ada lagi penyakit
hati kepada orang lain walaupun hanya sebesar biji sawi. Untuk mereka
yang telah naik lebih sedikit tinggi kepada tingkatan ketiga, jangan
dulu merasa puas karena belum merasa dekat dengan Allah Swt. Pada
tingkatan ketiga ini seseorang masih labil jika tidak dipertahankan maka
tingkatan kekhusyu’an shalatnya mampu berkurang.
Bagi mereka yang telah mencapai tingkat keempat dalam shalatnya maka
teruslah berjuang sedikit lagi untuk memperoleh kedekatan yang luar
biasa dengan Rabb. Dan bagi mereka yang berada di tingkatan paling
tinggi berbahagialah, karena Allah Swt senantiasa mendekatimu
sebagaimana kamu mendekatiNya.
Maka jika dilihat dari lima tingkatan shalat tersebut. Jenis kebaikan
dan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang berbeda-beda. Ini jelas
menggambarkan tingkatan shalat seseorang selama ini. Ada sebagian orang
yang terus saja melaksanakan shalat, tetapi ia juga terus melakukan
perbuatan-perbuatan jahat yang berdosa dan bahkan merugikan orang/pihak
lain. Ini karena tingkatan mereka kemungkinan berada di tingkatan shalat
pertama.
Sedangkan jika seseorang telah mencapai tingkatan shalat kelima maka
hidupnya senantiasa sederhana, ucapannya senantiasa yang bermanfaat,
hartanya senantiasa dia sedekahkan bagi orang lain yang lebih
membutuhkan, pekerjaannya senantiasa yang menjadikan dirinya terus dan
terus dekat dengan Allah Swt. Dan, semoga kita semua dapat memperoleh
tingkatan shalat yang kelima ini, yaitu tingkatan muqarrab min rabbihi.
Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Related Posts :
Benarkah Jika Adik Menikah Duluan Dapat Menghambat Jodoh sang Kakak ? Pernikahan merupakan sunnah nabi yang pelaksanaannya sangat dianjurkan dalam Agama Islam. Ketika … Read More...
Ternyata.,Inilah Manfaat Tidur Miring ke Kiri,.Baca Selengkapnya Anda mungkin terkejut mengetahui bahwa posisi tidur bisa meningkatkan atau menghancurkan keseha… Read More...
WAJIB BACA!!,, Pasti Anda Tertawa Setelah Membacanya,,..?? Gadis Ini Menjadi Viral Di Metsos, Karena Menghindari Dari Razia Polisi Dan Akhirnya Gadis ABG Ini Nyemplong Kesawah...!! Alasannya Sangat Mengejutkan Benar-benar zaman sekarang ada banyak anak remaja yang telah berani mengendarai motor namun belum… Read More...
HEBOOHH Baru Ijab Qobul 10 menit Kelakuan Mempelai Laki-laki Udah berbuat Ini Aja Terhadap mempelai Wanita sangat MENGEJUTKAN?? [AYO DI SHARE] Kehidupan berumah tangga memang tidak seberat yang dipikirkan, namun juga tidak seringan yang dilia… Read More...
Beginilah Cara Membangun Rumah Agar Terhindar Dari Jin, Santet dan Sejenisnya Sering merasakan gangguan syetan di rumah? Misalnya, mudah bertengkar di antara penghunirumah, … Read More...