Maukah
kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian yang akan jadi penghuni
surga?’ Mereka menjawab, ‘tentu saja, wahai Rasulullah!’ Rasulullah Saw.
menjawab, ‘Perempuan yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau
diperlakukan buruk, atau suaminya marah kepadanya, ia berkata, ‘Ini
tanganku diatas tanganku, mataku tidak akan bisa terpejam, hingga engkau
ridha.” (HR. Thabrani).
Berdasarkan
hadits tersebut, kita dapat mengetahui bahwa sesungguhnya Islam selalu
memberi peluang kebaikan dengan berbagai cara, terutama kepada kaum
perempuan.
Melalui
hadits itu, Rasulullah Saw. mengajarkan etika yang harus dimiliki
secara teguh oleh para istri, yaitu membiasakan diri meminta maaf kepada
suami manakala ia melakukan suatu kesalahan.
Namun,
etika meminta maaf tersebut tidak banyak dilakukan oleh para istri.
Mereka meminta maaf kepada suami ketika waktu tertentu saja, seperti
saat hari raya Idul Fitri. Artinya, seorang istri hanya meminta maaf
kepada suaminya hanya satu kali dalam setahun. Padahal, bisa jadi setiap
hari, ia telah membuat kesalahan kepada suami, baik disadari maupun
tidak.
Bila
sebagai istri, Anda mengikuti pesan moral yang terkandung dalam hadits
tersebut, maka Anda tidak harus menunggu hari raya Idul Fitri untuk
meminta maaf kepada suami. Setiap saat, Anda dapat mengungkapkan
permintaan maaf dan memohon ridha suami agar kesalahan yang pernah
dilakukan tidak terulang dan menjadi istri shalihah. Selain itu,
permintaan maaf seorang istri kepada suaminya dapat mempererat rasa
kasih sayang dan menguatkan kepercayaan di antara mereka.
CAR,HOME DESIGN,FOREX,SEO