Inilah sebuah kisah yang patut menjadi teladan bagi kita semua. Meski
usianya yang sudah tua renta, pria ini tetap hidup mandiri tak mau
tergantung sama anak, cucu apalagi orang lain menjadi prinsip hidup. Ia
tetap bekerja, jadi pedagang keliling. Luar Biasa!
Anaknya yang sukses, tak membuat Mbah Tohari berpuas diri dan malas-malasan, termasuk dalam mencari rezeki.
Diusianya yang sudah mencapai 104 tahun, Mbah Tohari hampir setiap hari
harus menempuh perjalanan berjam-jam dan puluhan kilometer sambil
menuntun sepeda onthel. Hal ini dilakukan saban hari tidak lain untuk
menjajakan barang dagangannya.
Dimana Mbah Tohari bertempat tinggal?
Berdasarkan informasi dari Sindonews,
Mbah Tohari tinggal di Jalan Telaga Warna RT 6 RW 18, Kampung
Nambangan, Kelurahan Rejowinangun Utara, Kota Magelang. Kegiatan hampir
setiap harinya adalah mengedarkan barang dagangannya. Bahkan, hampir
separuh harinya dihabiskan di jalanan, dalam kondisi panas maupun hujan.
Sepanjang perjalanan, ia menuntun sepeda butut bermuatan kardus berisi
barang dagangan yang meliputi shampoo, sabun mandi, sabun cuci, pewangi
pakaian, pampers, maupun tisu.
Sepeda onthel tersebut tak mungkin dikayuh lagi, karena di belakangnya
penuh muatan berupa kardus. Dalam sepanjang perjalanan kondisi jalan
menurun maupun menanjak, sepeda itu terus dituntunnya, meskipun dengan
napas yang tersengal-sengal.
Kondisi jalan curam, menanjak dan turunan tajam, seolah-olah sudah
menjadi menu hariannya. Berjualan keliling tersebut telah dilakoni sejak
puluhan tahun lalu.
Dengan berjalan semimenunduk, Mbah Tohari terus menuntun sepedanya dan
berjalan pelan-pelan. Terkadang orang yang melihat dari kejauhan merasa
iba, kemudian bermaksud memberi uang, namun ditolak Mbah Tohari.
“Ini sudah saya jalani sejak puluhan tahun lalu. Saya harus mencari
rezeki dari berjualan ini,” ujar Mbah Tohari saat melintas di wilayah
Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu
(20/1/2016), seperti dilansir Sindonews.
Dengan alat bantu pendengaran, Mbah Tohari melayani pembeli di sepanjang
jalan yang dilewatinya. Bahkan, ia memiliki jadwal rute jalan lokasi
berjualan yang harus dilewatinya.
Jadwal jualan tersebut meliputi Hari Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dan
Minggu. Khusus untuk Hari Senin dan Jumat, merupakan hari libur, selain
itu kulakan barang dagangannya.
Hari Selasa, ia berjualan di daerah Bakorwil Kedu-Surakarta, Kota
Magelang. hingga ke Pakelan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
Kemudian, setiap Rabu berjualan di wilayah Jurangombo-Karet-Giriloyo-Perumahan Lembah Hijau-Akmil-Perumahan Pancaarga.
Sehari kemudian, Mbah Tohari berjualan keliling di wilayah
Seneng-Pakelan-Armada di Kecamatan Mertoyudan hingga Menowo, Kota
Magelang.
Hari Sabtu, dia keliling di wilayah Bumi Prayudan, Kecamatan Mertoyudan.
“Biasanya saya mulai berangkat pukul 05.30 WIB, terus pulang sekitar
pukul 16.00 WIB. Saya edarkan untuk warung-warung yang sudah jadi
langganan,” tuturnya.
Berdoa Setiap Malam
Di sela-sela menjajakan dagangannya, Mbah Tohari berbagi resep hidupnya
yang telah menginjak usia 104 tahun itu. Ia menuturkan setiap malam
selalu berdoa.
“Setiap malam saya berdoa, bukakan pintu surga yang seluas-luasnya. Itu
saja yang saya lakukan,” kata lelaki yang selalu memakai sepatu kets
warna putih.
Bahkan, saat ditanya jumlah cucunya, ia nggak hafal. Saat cucunya datang
ke rumahnya, mereka diminta menyebutkan nama. “Saya nggak hafal,”
katanya.
Editor: Wira
Sumber: Sindonews
Sumber: Sindonews
CAR,SEO,FOREX,HOME DESIGN,DOMAIN,HOSTING